Suasana di Arafah terasa sendu. Bagaimana tidak, mereka sudah semalaman di sini dengan situasi dan kondisi tenda yang sama sekali tidak nyaman. Ada bagian-bagian tertentu dari tenda yang berlubang. Jadilah orang yang tepat berada di bawahnya seakan-akan beratap langit.
Siang setelah sholat, kami mendengarkan khutbah Arafah. Saat-saat wajib haji di mulai. Sayangnya karena tenda yang luas, suara mikrofon menjadi sayup-sayup di belakang. Yang bisa kami lakukan adalah berdoa dan berdoa. Semua puji-pujian, permohonan, harapan, ketakutan, apapun yang bisa kami ingat dan kami ucapkan mengalir begitu saja. Begitu juga aliran air mata yang mengiringi. Inilah haji yang sebenarnya. Haji itu adalah Arafah.
Di sekeliling semua sibuk dengan dirinya sendiri-sendiri. Aku ingin berdoa berdua. Kami keluar, duduk bersama. Jutaan orang yang berkumpul, tapi suara yang terdengar adalah suara angin dan helikopter yang berkeliling. Kami berkumpul di sini tapi mengurusi hati kami sendiri-sendiri.
Ya Allah terimalah haji kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar