Dimulai dari pernak-pernik persiapan. Baik persiapan bekal diri sendiri, bekal untuk yang di rumah, kewajiban memenuhi kelengkapan dari pemerintah dan masih banyak lainnya.
Ujian kesabaran pertama yang masih segar diingatan adalah saat di asrama haji. Seorang kenalan, paling tidak aku kenal dia, entah dia kenal aku atau tidak. Tanpa ba-bi-bu saat bersama-sama menukar uang rupiah ke real, bertanya ‘ikut kelompok mana’ setelah kujawab, komentarnya ‘ikut haji sekali saja, sebaiknya pilih yang benar’, weleh…weleh… masya Allah. Ini dia yang namanya ujian sabar. Aku cuma bengong saja, nggak perlu ditanggapi deh. Sambil mengingatkan diri sendiri, jangan sekali-kali melecehkan orang lain, mungkin saja dia yang kita lecehkan malah lebih baik dari kita.
Di masjidil Haram, mencari kapling kecil untuk sholat juga tantangan. Kadang sudah dapat diusir petugas. Apalagi di daerah Multazam, di sepanjang arah depan pintu Ka’bah. Bisa sujud di sela-sela kaki orang lain itu juga sudah baik sekali.
Belum lagi, kalau sudah dapat tempat ada saja orang lain yang menyodok mencari tempat, bahkan saat kita sedang sholat sekalipun sajadah kita bisa diseret minggir sedikit agar dia mendapat tempat. Wah, taktik yang bagus nih. Soalnya orang sholat ‘kan enggak bisa protes. Dasar licik !
Di kemah Mina. Semua hanya dapat sedikit kapling untuk meluruskan tubuh. Bagi yang dapat tempat di pojok, akan sulit untuk berjalan keluar masuk. Karena jalan tertutup orang-orang yang bergelimpangan, tidur. Tapi orang yang berada di pintu masuk seringkali sulit diberi pengertian untuk mengatur arah tidurnya. Padahal kalau diatur sedikit dia akan nyaman tidak dilangkahi orang, yang melewati juga nyaman tidak mengganggu. Jadi kalau ada yang lewat kadang-kadang mengomel atau bahkan tidak membolehkan orang lain lewat. Mungkin capek juga dia dilewati orang. Yah sabar.
Di Madinah, untuk sholah di roudhoh kami dibagi-bagi dalam kelompok sesuai asal negaranya. Jika kelihatan sudah banyak baru dapat giliran untuk masuk dan sholat di sana. Tapi petugas di sini agaknya pilih kasih. Jamaah negara lain seperti turki misalnya. Akan dapat giliran berulang kali. Padahal jumlah mereka segelintir. Sedangkan jamaah Indonesian sampai berduyun-duyun belum diberi giliran. Yang seperti ini juga disuruh sabar.
Dan ada banyak kejadian lainnya yang menuntut kesabaran.
Kata orang hal-hal aneh seperti ini merupakan gambaran perilaku kita sehari-hari. Kalau itu bisa disebut ‘aneh’. Tapi setelah mengobrol dengan teman-teman kata mereka, kejadian ini bukan aneh. Itu kejadiah biasa jika orang banyak berkumpul. Yang aneh itu adalah kejadian yang tidak masuk akal namun kita alami. Apa begitu ya ? ya sudahlah.
Ya Allah berilah kami kekuatan untuk mengontrol emosi kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar