Senin, 07 Februari 2011

THAWAF IFADHAH

Setelah merasa cukup beristirahat sekembali dari Mina, kami bersiap-siap ke Masjidil Haram untuk thawaf ifadhah dan sa’i. Suasana di masjidil haram sangat…sangat….sangat padat. Ada barikade yang melarang kami untuk turun ke pelataran Ka’bah. Kami di arahkan untuk thawaf di lantai 2. Sebetulnya sama saja. Namun kami merasa lebih khusuk jika thawaf langsung di depan Ka’bah. Selain itu, di laintai 2 ini lintasannya lebih jauh. Kira2 1.2 km tiap putaran.
Akhirnya kami pasrah, naik ke lantai 2. Di sini sama saja, betul-betul padat. Dilarang berjalan melawan arus. Bahaya.
Kami mulai thawaf. Tapi saat bisa melihat ke bawah, ke pelataran Ka’bah kami menilai, kami bisa thawaf di bawah. Kami memutuskan untuk berhenti 1 putaran. 6 putaran selanjutnya akan kami jalani di bawah, di pelataran Ka’bah. Semoga boleh turun tangga.
Ternyata daerah tangga di dalam tidak ada penjaganya. Kami turun dan mulai melanjutkan thawaf ifadhah di pelataran Ka’bah. Situasi betul-betul padat. Seluruh halaman Ka’bah penuh sesak, dari ujung ke ujung. Kami berulang kali terdesak sampai pinggir. Tapi itu tidak mengurangi kekhusukan melakukan ibadah. Permohonan ampun, harapan, dan Semua do’a yang kuingat kulantunkan semua. Berulang-ulang.
Kemudian sholah sunnah thawaf dan meminum air zam-zam.
Lintasan sa’i juga tidak kurang padatnya. Meskipun sudah capai, mas nang tetap semangat berlari kecil saat melewati lampu hijau. Kemudian berbalik menungguku. Ya, di lintasan sa’i kami diperbolehkan untuk berbalik. Tapi jika saat thawaf kami berbalik atau memunggungi Ka’bah, maka kami dianggap batal. Untuk itu, harus mengulangi putaran itu, mulai dari hajar aswad lagi. Dan saat thawaf juga kami harus dalam keadaan suci. Dalam keadaan berwudlu. Sedangkan saat sa’i, meskipun batal wudlunya, kami tetap diperbolehkan melakukan sa’i.
Selesailah semua prosesi haji kami. Tapi kok kayaknya ada yang mngganjal ya? Sepertinya saat putaran ke-6 aku sedikit kentut atau agak beser atau kencing sedikit. Wah, bagaimana nih ? aku bilang mas nang. Akhirnya besoknya setelah sholat isya, aku diajak mas nang menyempurnakan thawaf, untuk menghilangkan keraguanku.
Memang saat berhaji, kita melaksanakan haji dengan benar dan sempurna atau tidak, yang merasakan adalah diri sendiri. Orang lain, meskipun orang terdekat kita sekalipun tidak akan tahu jika kita diam saja. Apakah hitungan thawaf kita genap 7 X atau kurang ? apakah kita sudah berihrom dengan sempurna ? apakah hitungan sa’I kita genap ? semua itu hanya kita yang bisa menjawab.
Ya Allah semoga Engkau terima ibadah haji kami. Amin.

Related Posts sesuai kategori



Tidak ada komentar:

Posting Komentar