Saat turun ke pelataran Ka’bah, aku sudah sulit menahan gejolak di dada. Campuran rasa haru dan gembira, yang tidak jelas batasnya. Sesuai dengan saran teman-teman yang sudah pernah melakukan, aku berjalan didepan mas nang dan mas nang memegang kedua bahuku seakan-akan menyetir arah jalanku. Pelataran sudah ramai, jamaah memenuhi lahan yang luas ini lebih dari separuhnya. Belakangan setelah merasakan hari-hari menjelang haji, ternyata kondisi ini terbilang sepi.
Bismillahi Allahu Akbar, kami memulainya dengan melambai ke arah hajar aswad. Gejolak haru sudah tidak terbendung lagi. Ada banyak orang tapi semua sibuk dengan pikiran, harapan dan do’a-do’anya sendiri. Semua harapan dan do’a yang kami ingat, terucap begitu saja. Seakan-akan mendapat flashback kehidupan kami yang lalu, kami meminta ampun karenanya. Kemudian mendapat visi tentang kehidupan yang akan datang, kami memohon perlindungan padaNya.
Sebenarnya Tidak ada do’a khusus saat memutari Ka’bah ini. Hanya ada anjuran do’a saat melewati rukun yamani, dimulai dari sudut sebelum sudut hajar aswad. Selain itu berdoalah memohon apapun yang teringat.
Tapi seperti saat manasik yang lalu, Ada berbagai macam cara orang berdo’a. Ada yang thawaf sambil membaca buku do’a. Ada kelompok orang, seorang yang memimpin do’a, kemudian yang lain mengikuti. Ada yang jalan miring menghadap Ka’bah. Banyak juga yang seperti kami. Berdoa sendiri. Semua variasi berdo’a tadi dilakukan oleh jamaah dari berbagai negara. Situasi cukup ramai, terutama di sekitar Hajar Aswad. Orang-orang berebut ingin menyentuhnya. Tidak ada keharusan untuk menyentuh Hajar aswad tapi ada banyak orang yang merasa, jika thawaf harus menyentuh hajar Aswad. Bahkan ada yang menjadikannya lahan bisnis. Jika ingin menyentuh hajar aswad membayar orang untuk melapangkan jalan menuju hajar aswad. Di sinilah orang-orang bayaran itu main sodok dan dorong siapapun yang menghalangi jalan mereka. Tidak hanya itu, aku juga sudah diingatkan, jika ada orang yang dengan ramah dan manis mempersilahkan kita untuk berjalan menuju hajar aswad, berhati-hatilah. Karena setelah itu kita akan ditarik bayaran atas ‘jasanya’. Itu cuma salah satu jenis akal-akalan orang-orang yang mau mencari keuntungan dari jamaah haji. Masih banyak jenis tipu-tipuan lainnya. Dan banyak pelakunya yang orang Indonesia sendiri.
Alhamdulillah, 7 putaran sudah selesai. Lalu cari tempat yang lebih longgar untuk sholat sunnah thawaf. Minum air zam-zam dari keran yang berjajar. Pilih yang dingin saja. Segar.
Demikian juga saat melakukan sa’i. Ada banyak cara orang berdo’a, ada yang baca buku, ada yang dipimpin ketuanya. Kalau kami, sama seperti saat thawaf berdo’a sendiri.
Alhamdulillah umroh wajib sudah kami lewati. Terakhir potong rambut sedikit untuk bertahallul. Tuntas umroh kami.
Saat akan pulang ke pemondokan. Satu persatu kelompok kami bertemu lagi. Akhirnya kami berkumpul dalam kemlompok kecil. Yah bagaimanapun, di tempat asing terasa lebih tenang kalau berkumpul dengan yang kita kenal. Tubuh rasanya sudah sangat penat, betis terasa kaku, bayangan tempat tidur tampaknya sangat nyaman. Baru teringat, sudah 30 jam kami tidak beristirahat dengan nyaman. Tapi sampai 40 hari ke depan kami memang tidak akan dapat beristirahat dengan nyaman. Kalau mau memang bisa, tapi sayang rasanya perjalanan yang dengan susah payah kita semua usahakan. Kalau sampai di sini melakukan itu.
Dengan ikhlas kami semua mengurangi waktu istirahat. Istirahat nyaman dan lama nanti saja deh di tanah air. Yang sekarang dinikmati saja. Jadwal kami sehari-hari, maksimal pk 3.00 dini hari bangun, siap-siap berangkat. Atau bangun lebih pagi pk 2.00, soalnya kamar mandinya harus antre 1 kamar mandi untuk 8 orang. Pk 4.00 sampai di masjidil haram menunggu sholat subuh. Kalau mau thawaf dulu juga bisa. Subuh di sini agak siang. Pk 5.00 lebih. Setelah itu tidak langsung pulang nunggu waktu dhuha dulu. Setelah sholat dhuha pulang, sampai di pemondokan antara pk 9 – 10. Sampai di pemondokan masak, mencuci, dll. Istirahat sebentar. Pk 3.00 sore berangkat lagi ke masjidil haram. Sholat dhuhurnya di pemondokan saja atau di masjid terdekat. Sholat ashar di masjidil haram, tapi sholat sendiri. Kami kembali lagi ke pemondokan setelah sholat isya. Sampai di pemondokan pk 8.30, mempersiapkan makan, dll. Pk 3.00 dini hari bangun lagi. Siklusnya begitu terus sampai berangkat ke Madinah.
Yah waktu istirahat yang kurang, tapi semua itu terbayar dengan kebahagian melaksanakan ibadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar